blog ini menyajikan berbagai artikel agama buddha yang ditulis oleh pemilik blog atau hasil copy dari berbagai sumber yang bisa dijadikan materi pembelajaran di sekolah. Blog ini juga menampilkan tugas-tugas yang harus di kerjakan oleh siswa/mahasiswa yang diajar oleh p nurwito.Selamat membaca....

Sabtu, 19 Januari 2008

Masa Meninggalkan Istana


Raja tetap tidak memberikan izinnya dan Pangeran tetap bersikeras untuk me-laksanakan cita-citanya.
Selanjutnya Raja Suddhodana menyiapkan sebuah pesta yang besar dan meriah untuk pangeran dalam rangka untuk merayakan kelahiran cucunya. Ia mengundang penari dan penyanyi yang terbaik dari seluruh kerajaannya untuk pesta itu. Raja mengerjakan semua ini karena tahu bahwa Pangeran tidak bergembira meskipun baru saja mempunyai anak dan rajapun tahu bahwa pangeran akan meninggalkan istana untuk mencari sesuatu yang baik.
Selama pesta makanan-makanan yang paling lezat disediakan. Gadis-gadis menari di depan Pangeran, semuanya cantik dan menarik. Pangeran mengunjungi pesta itu hanya untuk menggembirakan ayahnya. Pada kenyataanya ia merasa lelah dan selalu berpikir bagaimana ia dapat menghentikan usia tua, sakit, ketidakbahagiaan dan kematian. Pangeran begitu letih karena terus memikirkan sehingga segera tertidur.
Ketika para penyanyi dan penari melihat bahwa mereka menyanyi dan menari untuk Pangeran yang sudah tidur, mereka juga berhenti dan beristirahat sebentar menunggu sampai Pangeran bangun kembali. Seperti halnya Pangeran, mereka juga sangat lelah dan segera tertidur. Beberapa waktu kemudian setelah larut malam Pangeran bangun dan terkejut melihat orang-orang itu. Apa semua ini. Semua penari dan penyanyi yang paling cantik dan menarik di seluruh kerajaan yang beberapa jam yang lalu mencoba menggembirakan pangeran, sekarang di atas ruangan itu, di kursi-kursi, di permadani dan di tempat tidur dalam keadaan sangat jelek, menjijikkan dan memualkan. Beberapa gadis mendengkur seperti babi dengan mulutnya yang terbuka lebar-lebar, beberapa lagi berkertak gigi dan mengunyah seperti setan-setan kelaparan. Begitu jelek dan kotor mereka, membuat Pangeran lebih jijik lagi dan sedih. Pangeran berdiri perlahan-lahan dari ruang itu tanpa ingin membangunkan orang-orang dan memanggil pelanyannya yang setia Channa untuk memasang pelana pada kuda putih kesayangannya Kanthaka untuk menempuh perjalanan yang jauh.
Sewaktu Channa menyiapkan kudanya, Pangeran dengan perlahan melihat anaknya yang baru lahir. Isterinya sedang tidur dengan bayi di sampingnya dan tangannya menutupi wajah bayi itu. Pangeran tidak dapat melihat wajah anaknya dan ia tahu jika ia menggeser tangan isterinya untuk melihat anaknya, mungkin dapat membangunkan isterinya dan ia pasti melarang untuk meninggalkan istana. Pangeran berkata dalam hati: “Jika aku mencoba melihat wajah anakku dengan menggeser tangannya, aku takut, aku akan membangunkannya. Tidak! Saya harus pergi tanpa melihat wajah anakku, tetapi jika aku telah menemukan apa yang akan kucari, aku akan kembali dan melihat ia dan ibunya lagi.”
Kemudian dengan perlahan Pangeran meninggalkan istana pada tengah malam naik kuda kesanyangnya dengan Channa, pembantunya yang setia sebagai saisnya/kusirnya. Waktu tiba di pintu gerbang tidak seorang pun yang mencegah dan Pangeran pergi meninggalkan dari semua yang mengenal, menghormati dan mencintainya. Pangeran yang saat itu berusia 29 tahun, memandang Kapilavatthu yang terakhir kalinya-yang sunyi sepi di bulan Asalha purnama sidhi. Pangeran pergi untuk menemukan jalan untuk mencegah datangnya usia tua, penyakit, dan kematian.

Tidak ada komentar: